liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138

4 Presiden-PM Ini Jago Matematika, Ada yang Buktikan Teori Phytagoras

4 Presiden-PM Ini Jago Matematika, Ada yang Buktikan Teori Phytagoras


Jakarta

Presiden tidak perlu memiliki latar belakang pendidikan politik atau pengetahuan tentang pemerintahan. Joko Widodo, presiden ke-7 Indonesia, lulus dari departemen kehutanan dan kemudian menjadi pengusaha.

Indonesia juga memiliki pemimpin berlatar belakang keilmuan yaitu BJ Habibie. Habibie dikenal sebagai ahli konstruksi pesawat terbang.

Kini, di belahan dunia lain, sudah beberapa kali pemimpin negara berlatar belakang pendidikan matematika, bahkan ada yang disebut matematikawan.

Siapa mereka?

1. Presiden ke-20 Amerika Serikat, James A Garfield

Presiden ke-20 Amerika Serikat, James A Garfield. Garfield, ditahbiskan pada tanggal 4 Maret 1881, mengajar matematika dan filsafat di Western Reserve Eclectic Institute Ohio (sekarang Hiram College).

Dikutip dari The Mathematical Association of America, sebelum menjadi presiden, pada tahun 1876, ia membuktikan Teorema Pythagoras dengan cara yang berbeda dari cara yang ada. Bukti ini diterbitkan dalam New-England Journal of Education pada tanggal 1 April 1876.

Sayangnya, masa pemerintahan ahli matematika ini berumur pendek. Dia ditembak pada 2 Juli 1881. Garfield kemudian meninggal sekitar 2 bulan kemudian.

2. Perdana Menteri Prancis, Paul Painleve (1917)

Paul Painleve menjabat sebagai Perdana Menteri Prancis dua kali pada tahun 1917 dan 1925. Dikutip dari Britannica, Painleve menulis tesis tentang teori fungsi kompleks di Universitas Göttingen, Jerman.

Tesis ini dipresentasikan di Paris pada tahun 1887 dan pada tahun yang sama ia dianugerahi gelar profesor di Lille. Segera setelah itu, dia pindah ke Paris untuk mengajar di École Polytechnique dan Collège de France.

Painleve adalah ahli matematika yang brilian. Di antara penghargaan yang diterimanya adalah Grand Prix des Sciences Mathématiques (1890) dan Prix Bordin (1894). Dia kemudian masuk politik pada tahun 1906 dan sempat menjadi perdana menteri beberapa tahun kemudian.

3. Presiden Peru, Alberto Fujimori (1990-2000)

Alberto Fujimori meraih gelar teknik agronomi di Universitas Agraria Nasional yang prestisius dan lulus dengan nilai terbaik di kelasnya. Tapi kemudian mengajar matematika di universitas.

Berbekal beasiswa Ford, ia kemudian melanjutkan studinya di University of Wisconsin-Milwaukee., USA, namun tidak mengambil jurusan agronomi. Ia memperoleh gelar master dalam bidang matematika pada tahun 1969.

Fujimori kemudian menjadi Presiden Peru pada 1990-2000.

4. Presiden Afrika Tengah, Faustin Touadera (2016)

Touadera terpilih sebagai Presiden Afrika Tengah pada 2016. Sebelumnya, dia menjabat sebagai perdana menteri.

Touadera adalah seorang doktor matematika lulusan University of Science and Technology of Lille, Perancis pada tahun 1986.

Simak video “Jokowi Tolak Cabut Larangan Ekspor Nikel Meski Indonesia Kalah di WTO”
[Gambas:Video 20detik]
(teman/teman)