Jakarta –
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia menyebut fenomena tektonik lepas sebagai penyebab gempa Turki.
Gempa M7,8 awalnya terjadi Senin pagi (6/2/2023) waktu setempat di Gaziantep, di perbatasan Suriah. Peristiwa ini disusul gempa kedua 9 jam kemudian di dekat Ekinozu dengan kekuatan M7,5.
BMKG menjelaskan, fenomena tektonik lepas pada gempa Turki terjadi saat Lempeng Anatolia bergeser ke barat karena Lempeng Arab mendorong Lempeng Anatolia ke barat laut dalam dinamika tektoniknya.
“Pastinya Patahan Anatolia Timur dengan shear rate 16 mm/tahun mampu mengakumulasi tegangan di kerak bumi dan melepaskan energi sebagai gempa dahsyat dan mematikan,” tulis BMKG di Instagram @infobmkg, Rabu (8/2/2023). .
Gempa pertama terjadi dalam jarak 100 km dari garis patahan. Akibatnya, bangunan di dekat patahan itu roboh dan rusak parah, seperti dikutip dari situs BBC.
Pelarian tektonik atau relief tektonik adalah gerakan yang relatif horizontal di sepanjang patahan (strike-slip) dari tumbukan kerak benua ke kerak samudera yang tersubduksi, seperti yang dijelaskan oleh Paul Mann dalam jurnal Geology.
Subduksi sendiri merupakan proses geologi di wilayah kerak bumi ketika sebuah lempeng dengan kerak samudera yang lebih tipis di perbatasan dua lempeng tektonik litosfer berkumpul di bawah lempeng dengan kerak benua yang lebih tebal.
BMKG menjelaskan penyebab utama gempa di Turki adalah Sesar Anatolia Utara dan Sesar Anatolia Timur. Gempa bumi pertama di Turki dengan kekuatan M7.8 dipicu oleh Patahan Anatolia Timur.
Letak patahan ini berada pada pertemuan 3 lempeng aktif, yaitu Lempeng Anatolia, Lempeng Arab, dan Lempeng Afrika. Posisi Turki menyebabkan negara ini dan masyarakatnya berada di salah satu wilayah dengan aktivitas seismik (frekuensi, jenis dan besaran gempa dalam kurun waktu tertentu) tertinggi di dunia.
Pasalnya, zona patahan di Turki merupakan hasil pergerakan sebagian besar kerak bumi atau lempeng tektonik yang relatif satu sama lain, seperti dikutip dari laman New York Times.
Satu zona patahan mencakup Lempeng Anatolia, yang membentuk dasar sebagian besar wilayah Turki. Sementara itu, zona Anatolia Timur meliputi wilayah tempat terjadinya pergerakan Lempeng Anatolia relatif terhadap Lempeng Arab di tenggara Anatolia.
Zona Anatolia Utara merupakan tempat terjadinya pergerakan Lempeng Anatolia dan Lempeng Eurasia di Anatolia utara.
Peralihan Lempeng Anatolia akibat dinamika tektonik Lempeng Arab menyebabkan fenomena tektonik lepas. Efek pelepasan tektonik adalah gempa bumi besar di daratan Turki, terutama di sepanjang jalur patahan aktif, dengan besaran resmi melebihi M7.0.
Berdasarkan data National Oceanic and Atmospheric Administration: US Geological Survey, gempa Turki pertama pada Senin (6/2/2023) merupakan salah satu gempa paling dahsyat di wilayah tersebut. Efeknya hampir menyamai gempa Turki tahun 1939 yang menewaskan sekitar 32.700 orang.
Tonton Video “Pembaruan: Lebih dari 1.700 Tewas dalam Gempa Turki-Suriah”
[Gambas:Video 20detik]
(tw/nwk)