Jakarta –
PT Bio Farma (Persero) resmi memiliki vaksin produksi sendiri bernama IndoVac yang saat ini digunakan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk penguat kedua di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat. Pada tahun 2023, vaksin yang diproduksi secara lokal direncanakan akan menghasilkan 20 juta dosis.
“Kami targetkan produksi 20 juta dosis (IndoVac) sampai tahun depan,” kata Direktur Keuangan, Manajemen Risiko & SDM IGN Bio Farma Suharta Wijaya dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Kamis (24/11). /2022).
Vaksin IndoVac dikembangkan Bio Farma bekerja sama dengan Baylor College of Medicine, Amerika Serikat (AS). Vaksin tersebut telah mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM, fatwa halal dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan sertifikasi halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Anggota Komisi VI DPR Andre Rosiade mengingatkan hal itu IndoVac akan menjadi mubazir ketika kasus COVID-19 menurun. Selain itu, Bio Farma masih memiliki 3,2 juta dosis vaksin kolaborasi.
“Dari 3,5 juta itu, sekarang sudah terpakai 300.000, jadi masih ada 3,2 juta stok yang saya minta dengan nilai sekitar Rp 400 miliar,” ujar Andre dalam kesempatan yang sama.
Andre mengingatkan, banyaknya stok vaksin gotong-royong yang akhirnya kadaluarsa bisa jadi merupakan temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) karena merugikan keuangan negara. Ia mengaku sudah mengingatkan hal itu sejak tahun lalu.
“Barang ini pasti habis tahun depan, tidak terpakai. Pasti menjadi temuan BPK dan akan merugikan negara,” ujarnya.
Untuk itu, Andre mengajak rapat dengan Komisi VI, Komisi IX, dan Komisi III DPR RI untuk mencari solusi bersama terkait nasib saling vaksin. Tak lupa juga mengundang Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
“Kalau tidak, (saling vaksin) kadaluarsa tahun depan, akan ditemukan BPK dan bisa masuk bui,” ujarnya.
(bantuan/gambar)