Pomalaa –
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan berbicara tentang dirinya memberikan 4 syarat investasi kepada Utusan Khusus Presiden Amerika Serikat (AS) untuk masalah iklim, John Kerry.
Kejadian ini terjadi saat keduanya sedang membahas Just Energy Transition Partnership (JETP) atau kemitraan transisi energi terkait PHK bersama dan pensiun dini.
“Saya kasih mereka 3 syarat, dan saya kasih mereka syaratnya. Saya bilang, ‘Pak John, ada tiga kriteria yang perlu Anda pertimbangkan untuk menyelesaikan kesepakatan ini’,” kata Luhut dalam sambutannya di Blok Upacara Peletakan Batu Pertama Pomalaa, Kolaka , Sulawesi Tenggara, Minggu (27/11/2022).
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Syarat pertama, kata Luhut, apapun yang AS usulkan terkait kesepakatan ini tidak boleh mendistorsi atau mengganggu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Jika tidak, Luhut dengan tegas menyatakan akan menolak.
“Jadi apapun usulannya, kalau usulan Anda mengganggu pertumbuhan ekonomi kita yang sudah bagus, saya pasti tidak setuju. Terserah Anda mau lapor apa saja. Saya tidak setuju,” kata Luhut.
Kedua, ia juga menyampaikan kepada Kerry bahwa semua teknologi yang diajukan harus terjangkau. Luhut juga menyebut tarif listrik RI sekitar 5-6 sen atau setara Rp 785-942 per kwh (kurs Rp 157).
“Ketiga, saya bilang harus tepat waktu, harus tepat waktu. Kalau teknologimu datang 10 tahun lagi, kita ada di mana-mana,” kata Luhut.
Kemudian, kata Luhut, ada syarat keempat yaitu tentang bunga yang diperoleh. Ia pun meminta Kerry memberikan keuntungan dengan tarif yang sama dengan negara maju.
“Jadi jangan mementingkan negara berkembang. Kita harus bangun negara sendiri karena posisi kita kuat,” ujarnya.
“Saya tanya Rahmat, kalau tidak terjadi (kesepakatan) bagaimana? ‘Tidak masalah pak’. Jadi kalau tidak terjadi, tidak ada masalah? ‘Tidak ada’,” kata Luhut sambil menirukan jawaban Rahmat.
Dari kejadian tersebut, Luhut menegaskan penting bagi Indonesia untuk mengetahui posisi saat ini. Menurutnya, RI harus mengetahui posisi tawarnya demi negosiasi seperti dalam kasus ini.
“Ingat, kita harus tahu siapa kita. Setelah China, India, Amerika, setelah itu Indonesia. Dari segi populasi, Indonesia. Dan ingat kelas menengah kita 60 juta orang. Kita memiliki hampir semua mineral yang dibutuhkan dunia saat ini. . ,” katanya.
(dna/dna)