liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138

Diabetes Melonjak, Ahli Sentil Ortu yang Kasih Anak Jajanan Manis Biar Tak Rewel

Diabetes Melonjak, Ahli Sentil Ortu yang Kasih Anak Jajanan Manis Biar Tak Rewel


Jakarta

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan tren diabetes pada anak meningkat hingga 70 kali lipat. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof Dr Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB mengatakan, hal ini dipicu oleh kebiasaan orang tua yang mengabaikan gejala diabetes pada anak.

“Memang kalau anak didesain dari awal harus memperhatikan kenaikan berat badan. Ini yang tidak diperhatikan ibu-ibu,” ujar Prof Ari saat ditemui detik.com di Gedung IMERI FKUI, Senin, Jakarta Pusat, Kamis (9/2/2023).

“Jadi, apakah misalnya ke praktek dokter umum, apakah ke dokter spesialis, ya akan terpantau. Nah dengan memantau, kita bisa mendeteksi apakah berat badannya naik atau tidak. diabetes melitus,” lanjutnya.

IKLAN

GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN

Prof Ari juga menyebut orang tua yang sering memberikan makanan manis pada anak. Hal ini dilakukan oleh sebagian orang tua yang menganggap makanan manis sebagai obat penenang agar anak tidak ‘rewel’.

“Setelah itu dengan yang manis rasanya lebih ‘tenang’ segala macam. Lalu bagaimana orang tua bisa mengontrol berat badan anaknya?” akhir Prof. Ari.

Mendukung Kebijakan Bea Cukai MBDK

Menurut Prof Ari, pengenaan cukai minuman manis dalam kemasan (MBDK) dinilai efektif. Hal ini dikarenakan orang tua akan lebih selektif dalam memilih jajanan untuk anak.

“Efektif ya harus begitu. Alasan sebenarnya adalah ketika seseorang menderita diabetes memang ada gangguan keseimbangan sistem gula dalam darah. Ketika gula terus tinggi, tinggi, dalam darah, kemampuan menyerap insulin juga terganggu,” ujar Prof Ari.

“Belum lagi memang ada isu, artinya ada kaitannya (minuman manis), atau memang faktor genetik. Kalau memang faktor genetik, mungkin lain ceritanya,” lanjutnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan RI (Kemenkes) Budi Gunadi Sadikin telah menyurati Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terkait cukai MBDK. Kementerian Kesehatan RI juga mendorong produsen untuk membuat makanan dengan kandungan gula yang jauh lebih rendah.

“Cukai Minuman Manis Dalam Kemasan (MBDK) diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa penggunaan MBDK harus dibatasi. Mendorong para pengusaha untuk menciptakan produk MBDK dengan kadar gula yang lebih rendah/sehat,” kata Menkes dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, Rabu (8/2/2023).

“Surat ke Kemenkeu, usul pengenaan cukai MBDK,” lanjutnya.

Tonton video “Gaya Hidup Buruk Penyebab Diabetes?”
[Gambas:Video 20detik]
(hnu/naf)