liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
liveslot168
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
Cocol88
bosswin168
bosswin168 login
bosswin168 login
bosswin168 rtp
bosswin168 login
bosswin168 link alternatif
boswin168
bocoran rtp bosswin168
bocoran rtp bosswin168
slot online bosswin168
slot bosswin168
bosswin168 slot online
bosswin168
bosswin168 slot viral online
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
cocol88
lotus138
bosswin168
bosswin168
maxwin138
master38
master38
master38
mabar69
mabar69
mabar69
mabar69
master38
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
cocol77
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
ronin86
cocol77
ronin86
cocol77
cocol77
cocol77
maxwin138

Inspiratif! Ini Cerita Guru Maryam Arungi Lautan Demi Mengajar

Inspiratif! Ini Cerita Guru Maryam Arungi Lautan Demi Mengajar


Jakarta

Perjuangan guru tidak ragu-ragu. Mereka rela melewati berbagai rintangan demi mencerdaskan generasi penerus bangsa. Salah satu gurunya bernama Andi Maryam.

Maryam, sapaan akrabnya, setiap hari harus menempuh perjalanan laut untuk mengajar di Sekolah Menengah Umum Negeri di Pulau Satap Battoa, Sulawesi Barat. Terlepas dari itu, Maryam justru menganggap perjalanan ke sekolah sangat menyenangkan.

“Karena ke sekolah harus naik motor dulu, kedua pakai perahu, dan ketiga jalan kaki,” ujar Maryam kepada detikEdu, Sabtu (26/11/2022).

Untuk sampai di dermaga, Maryam harus menempuh jarak 10 km menggunakan sepeda motor. Kemudian melanjutkan perjalanan dengan perahu. Sesampainya di Pulau Battoa, Maryam hanya perlu berjalan kaki sejauh 500 meter sebelum sampai di sekolah tersebut.

Tidak Pernah ‘Gagal’ Lepas Landas karena Gelombang Tinggi

Kondisi laut yang tidak menentu menyebabkan Maryam tidak bisa bersekolah untuk mengajar. Ombak yang terlalu besar pun membuat Maryam menunggu berjam-jam di sekolah sebelum pulang.

“Dulu kami mau pulang sekolah. Tapi karena ombak besar kami menunggu 3 sampai 4 jam sebelum pulang,” kata Maryam.

guru Pihak olahraga juga menjelaskan bahwa kendala yang sering dialaminya adalah saat cuaca mendung. Karena jika itu terjadi, ombak akan naik disertai angin kencang.

“Saat ombak tinggi, kami naik perahu, khawatir kapal terbalik dan saat angin kencang, perahu sulit berlabuh,” jelas Maryam.

“Jadi kita putar dulu di tengah laut,” lanjutnya.

Jika itu terjadi, guru dari luar pulau yang tidak bisa hadir akan digantikan oleh guru yang tinggal di Pulau Battoa.

“Bila guru di luar pulau tidak masuk sekolah, maka akan digantikan oleh guru yang tinggal di pulau. Karena ada juga beberapa guru yang tinggal di pulau,” ujarnya.

Lebih Termotivasi untuk Mengajar di Pulau

Maryam sebelumnya mengajar di SMPN 1 Polewali selama 9 tahun. Sekolahnya berada di kawasan kota dan hanya berjarak 300 meter dari rumahnya.

Namun, Maryam puas dengan tantangan itu. Ia mengaku termotivasi mengajar di pulau itu karena ada tantangan dalam dirinya.

“Saya sangat termotivasi untuk mengajar di pulau karena memiliki tantangan tersendiri dibandingkan dengan sekolah tempat saya mengajar di kota sebelumnya,” kata Maryam.

Kebutuhan buku dan metode pembelajaran juga sama seperti di perkotaan. Di sekolahnya yang sekarang, ia juga melihat semangat siswa yang sangat tinggi.

“Selain itu, antusiasme siswa dalam menerima pelajaran sangat tinggi,” ujarnya.

Maria memesan para guru yang perlu melalui perjalanan seperti dia untuk tetap semangat dan ikhlas. Menurutnya, jika dua hal ini diapresiasi maka perjalanan akan menjadi indah.

“Seberat apapun perjalanan yang kita lalui, ketika kita semangat dan ikhlas, semuanya akan terasa indah dan nyaman serta kita tidak akan merasa lelah,” ujarnya.

Simak video “Peringati Hari Guru, Siswa SD di Sidrap Membuat Kerajinan Tangan Dari Barang Bekas”
[Gambas:Video 20detik]
(nir/nwy)