Jakarta –
Indonesia mengalami peningkatan kasus campak. Menurut Ikatan Dokter Spesialis Anak (IDAI), kasus tersebut meningkat sejak Desember 2022 sebanyak 3.341 kasus dari 31 provinsi. Padahal, setahun sebelumnya hanya ada 132 kasus campak.
Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Piprim Basarah Yanuarso mengatakan peningkatan kasus campak terjadi karena cakupan vaksin campak yang rendah dan penularan yang lebih cepat dibandingkan COVID-19.
Campak adalah infeksi virus dari famili paramyxoviridae yang umumnya menyerang anak-anak. Penyakit ini menyebar dengan mudah dan bisa berakibat fatal. Meskipun vaksin campak tersedia, penyakit ini masih membunuh lebih dari 20.000 orang per tahun, kebanyakan anak-anak.
Tahapan Gejala Campak
Tanda dan gejala campak muncul kurang lebih 10-14 hari atau 2-3 minggu setelah terpapar virus. Gejala-gejala ini meliputi:
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Masa infeksi dan inkubasi
Selama ini, virus campak menyebar di dalam tubuh. Tidak ada tanda atau gejala campak yang spesifik.
Tanda dan gejala nonspesifik
Biasanya pasien mulai dengan demam ringan sampai sedang diikuti dengan batuk terus-menerus, flu, mata meradang (konjungtivitis) dan sakit tenggorokan. Demam ini berlangsung selama 2-3 hari.
Gejala akut dan ruam
Ruam terdiri dari bintik-bintik merah kecil, beberapa di antaranya sedikit menonjol di kulit. Bintik-bintik dan benjolan-benjolan tersebut tersusun rapat sehingga menimbulkan bintik-bintik pada kulit. Ruam muncul di wajah terlebih dahulu.
Selama beberapa hari berikutnya, ruam menyebar ke lengan, dada, punggung, paha, dan kaki. Pasien mengalami demam mencapai 40-41°C.
Restorasi
Ruam berlangsung sekitar 7 hari. Ruam akan memudar dari wajah ke paha dan kaki. Selama memudar, pasien mengalami dan menggelapkan atau mengelupas kulit di sekitar ruam selama 10 hari.’
Simak video “Buruk! Kasus campak di Indonesia meningkat 32 kali lipat”
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna)