Jakarta –
Mendikbud Nadiem Makarim berdialog dengan para guru penggerak di Hari Guru Nasional 2022: Serentak Berinovasi, Ciptakan Kebebasan Belajar di Jakarta, Sabtu (26/11/2022).
Nadiem menuturkan, guru mengemudi ini dikenal sebagai guru ‘nekat’ yang berani berinovasi untuk kehidupan siswa dan warga sekolahnya.
“Mereka ugal-ugalan, berani melakukan perubahan, berani menguji (inovasi) dulu, karena merasa memiliki kewajiban tidak hanya kepada siswa, tetapi juga kepada orang dewasa di dunia sekolah,” ujarnya.
“Guru-guru ini menciptakan keingintahuan dan kegembiraan di kelas,” kata Nadiem.
Apa yang guru ini lakukan?
Dolvina Lea Ansanay, Guru Penggerak dari Sekolah Menengah Bersama, Jayapura, mengatakan, pihaknya mencoba membedakan pembelajaran melalui kelompok puisi, tarian, lagu, dan artikel yang dapat dipilih siswanya sesuai minat dan bakatnya.
Differentiated Learning atau Differentiated Instruction merupakan wujud pembelajaran pro-siswa yang dirancang, dilaksanakan dan dievaluasi untuk memenuhi kebutuhan individu siswa dengan mempertimbangkan kesiapan, minat belajar dan profil belajar. Pembelajaran yang dibedakan berakar pada pemenuhan kebutuhan belajar siswa dan bagaimana guru menanggapi kebutuhan belajar tersebut.
“Materinya satu, pelajarannya beda-beda di kelas. Menarik melihat minat bakat siswa. Fasilitasnya terbatas, tapi fasilitas ini muncul dari potensi siswa, menciptakan inovasi berdasarkan kemampuan alaminya,” ujar Dolvina.
“Saya mencoba membagi mereka berdasarkan tugas: menari, menyanyi, artikel, dan puisi. Masing-masing masuk kelompok sesuai dengan kemampuannya. Mereka kemudian membuat karya berdasarkan minat dan bakatnya,” imbuhnya.
Dolvina menuturkan, dengan belajar dan mengungkapkan hasil belajar, dirinya sebenarnya mengetahui kemampuan siswanya.
“Saya tidak pernah menyangka siswa memiliki kemampuan ini, tetapi mereka bisa, memiliki kompetensi untuk melakukannya,” ujarnya.
Sementara itu, Lili Gusni, Guru Gerakan dari UPT SDN 28 Indrapura, Kab. Batubara, Sumatera Utara, memulai inovasi media botol pintar yang diadaptasi di kabupaten lain.
Lili mengatakan, botol pintar itu dibuat mahasiswa dari botol bekas berukuran besar dan kecil agar ramah lingkungan. Setiap botol akan diberi nama botol soal, botol jawaban, botol hadiah, dan botol hukuman.
Selesai, botol disediakan di dalam kelas. Lili kemudian akan menceritakan legenda dan dongeng kepada para siswa, seperti Bawang Merah dan Bawang Putih. Setelah bercerita, siswa berebut maju untuk mengambil soal-soal dalam botol-botol kecil. Jika jawabannya benar, maka Anda bisa mendapatkan hadiah berupa makanan atau sabun kecil.
Jika siswa salah maka akan mendapat hukuman yang bersifat mendidik seperti menyanyikan lagu Profil Siswa Pancasila dan lain-lain. Semoga siswa senang belajar dan tidak takut dengan pertanyaan dan pertanyaan.
Sementara itu di Bali, Plt. Kepala Sekolah SDN Pemekutan 26 Kota Denpasar I Ketut Budi merintis taman baca untuk siswa dan warga, menggelar festival pendidikan tanpa menggunakan dana BOS, serta mengajak para guru menggunakan platform Merdeka Mengajar.
“Pendekatan yang lebih humanis dalam penerapan Kurikulum Merdeka. Meyakinkan guru senior agar tidak tertinggal, belajar bersama, saya juga belajar. Ada keakraban karena belajar bersama. Bentuk komunitas belajar, manfaatkan platform Merdeka Mengajar. untuk siswa kita ,” dia berkata. guru Sopir berusia 35 tahun itu.
Lain lagi Eka Widiastuti, Guru Pergerakan dari Provinsi Lampung. Melihat siswanya senang bermain game, ia menciptakan sebuah game berbasis Android yang bisa diakses tanpa kuota internet.
“Mahasiswa saya suka bermain game, bagaimana ini bisa menjadi sarana belajar. Batasan kuota internet, karena siswa berasal dari kalangan menengah ke bawah. Lalu bagaimana cara membuat pembelajaran berbasis digital? Terakhir, buatlah game berbasis Android yang bisa diakses tanpa kuota internet. Jadi anak-anak senang dan bersemangat,” ujarnya.
Eka juga memulai Hide and Seek Questions sebagai inovasi dalam penilaian siswa agar siswa tidak takut dengan soal matematika dan ujian. Ia mengatakan, siswa juga dipersilakan untuk bertanya.
Soal-soal kemudian dibagikan di sekitar halaman sekolah. Para siswa mengejar pertanyaan. Jawaban atas pertanyaan telah diverifikasi oleh siswa lain.
“Jadi gurunya lebih ke pengawas. Saya kaget dengan responnya. Biasanya siswa takut soal, ujian, sekarang mudah cari soal,” kata Eka.
senang Hari Guru Nasional bagi seluruh guru dan tenaga kependidikan di Indonesia. Terima kasih atas layanan dan inovasi Anda yang berkelanjutan!
Simak video “Peringati Hari Guru, Siswa SD di Sidrap Membuat Kerajinan Tangan Dari Barang Bekas”
[Gambas:Video 20detik]
(nir/nwy)