Jakarta –
Beberapa spesies kelelawar cenderung lebih banyak tinggal di perkotaan daripada di pedesaan. Sebuah tim ilmiah dari Frei Universität Berlin, Universitas Greifswald, Institut Ekologi Air Tawar dan Perikanan Darat Leibniz (IGB) dan Leibniz-IZW menganalisis karakteristik unik kelelawar jenis ini.
Tim menemukan bahwa spesies kelelawar yang cenderung hidup di perkotaan memiliki frekuensi suara yang relatif rendah, periode ekolokasi yang lama, ukuran tubuh yang kecil, dan fleksibilitas dalam memilih sarang di siang hari.
Sebagai informasi, menurut Sumber Belajar Kemdikbud, ekolokasi merupakan sonar biologis yang digunakan oleh beberapa jenis hewan. Mereka mengeluarkan suara dan mendengar pantulannya dari benda-benda di sekitarnya.
Mengutip dari Science Daily, peningkatan urbanisasi di daerah pedesaan dapat mendukung spesies tersebut. Namun, spesies yang memiliki frekuensi suara tinggi, durasi suara pendek dan pilih-pilih sarang mungkin akan ditinggalkan.
Kota Memberi Kesempatan untuk Bertengger
Bagi banyak hewan liar, kota merupakan habitat ekstrim karena suhu lingkungan yang lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya dan berbagai gangguan manusia. Meskipun demikian, kota juga menawarkan banyak potensi satwa liar, misalnya peluang bertelur dan persediaan makanan yang melimpah. Ini tersedia dalam beberapa spesies kelelawar yang lebih suka bertengger di bangunan atau loteng yang ditinggalkan, ruang bawah tanah, dll.
Sejumlah spesies kelelawar juga mencapai tingkat populasi perkotaan yang sangat tinggi.
Berdasarkan sifat dan informasi spasial dari 356 spesies kelelawar di seluruh dunia (seperempat dari 1.400 spesies kelelawar di Bumi), tim peneliti menentukan apakah setiap spesies cenderung memiliki fokus distribusi perkotaan atau pedesaan.
Menurut kepala Departemen Ekologi Evolusi di Leibniz-IZW Jerman, Christian Voigt, dia dan timnya menemukan bahwa spesies kelelawar yang sangat kecil dengan frekuensi rendah dan ekolokasi jangka panjang cocok untuk mencari makan di ruang yang relatif terbuka.
kelelawar karena itu kemungkinan besar tinggal di kota. Sifatnya yang fleksibel dalam memilih sarang di siang hari membuat mereka bisa berpindah sarang dalam waktu singkat ketika diganggu oleh manusia.
Tonton Video “Studi Terbaru Ungkap Perkiraan Jumlah Semut di Bumi”
[Gambas:Video 20detik]
(nah/nwy)