Nusa Dua –
Pertamina buka-bukaan soal pengembangan proyek New Grassroots Refining and Petrochemical (NGRR). Pabrik Tuban. Proyek ini bekerja sama dengan perusahaan Rusia Rosneft.
Meski situasi geopolitik tidak baik dengan adanya perang yang berkecamuk antara Rusia dan Ukraina, Direktur Utama PT Pertamina International Refinery Taufik Aditiyawarman menegaskan proyek tersebut tetap dilanjutkan.
Pihaknya saat ini sedang menyelesaikan perencanaan, pengadaan dan konstruksi engineering (EPC/Engineering, Procurement and Construction). Taufik optimistis pada kuartal III tahun depan FID atau final investment decision bisa tercapai.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
“Pada kuartal III 2023, kami ingin FID. Di luar gejolak geopolitik. Kami hanya fokus pada itu. Proyek ini harus menyelamatkan kedua belah pihak,” kata Taufik saat ditemui di luar Konvensi Internasional ke-3 tentang Hulu Minyak dan Gas Indonesia 2022, Nusa Dua Bali, Kamis (24/11/2022).
Padahal, Taufik sendiri mengklaim pembebasan lahan di Tuban sudah selesai. Lebih lanjut, pihaknya akan berupaya agar FID proyek tersebut dapat dicapai secepatnya.
“Pembebasan lahan sudah selesai. Sekarang kami sedang menyiapkan proses paket EPC agar bisa dilelang. FID menggunakan data hasil lelang agar lebih akurat,” ujar Taufik.
Menurut catatan detikcom, Kilang NGRR Tuban masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN). Kilang tersebut diproyeksikan menjadi salah satu kilang terbesar di Indonesia dan menghasilkan produk bahan bakar berkualitas seperti bensin, solar, dan avtur hingga 229 ribu barel per hari.
Proyek tersebut dikerjakan oleh Pertamina dan Rosneft dari Rusia. Kedua pihak membentuk perusahaan patungan bernama PT Pertamina Rosneft Processing and Petrochemicals (PRPP) untuk menjalankan bisnisnya. Dalam joint venture ini, kepemilikan saham Pertamina adalah 55% dan Rosneft 45%.
Proyek NGRR Tuban akan memproduksi bahan bakar minyak kualitas Euro V. Kilang Tuban diharapkan memiliki kapasitas produksi 300.000 barel per hari.
(p/hn)