Jakarta –
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) untuk pertama kalinya menyetujui metode pengobatan yang dibuat menggunakan kotoran manusia atau disebut Rebyota. Metode ini mengandung bakteri usus yang dikumpulkan dari kotoran donor manusia yang sehat, dan disetujui untuk pencegahan infeksi bakteri yang berpotensi mengancam jiwa.
Adapun cara pemberian obat cair ke dalam dubur pasien melalui selang. Dengan begitu, dokter dapat membantu mengembalikan keseimbangan mikrobioma usus pasien, yaitu komunitas mikroba yang hidup di saluran pencernaan bagian bawah.
Dikutip dari Live Science, Senin (5/12/2022), pengobatan ini diperbolehkan diberikan kepada mereka yang berusia 18 tahun ke atas, yang baru saja dirawat karena infeksi berulang yang disebabkan oleh bakteri Clotridioides diffivile atau C diff yang mengganggu usus, selama misalnya karena penggunaan antibiotik.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Bakteri yang sudah tidak bisa lagi diobati dengan antibiotik atau sudah resisten terhadap antibiotik, pengobatan ini bisa membantu.
Selain itu, pengobatan ini juga diperbolehkan bagi mereka yang berusia 65 tahun ke atas, mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, dan mereka yang tinggal di panti jompo yang berisiko terkena infeksi.
“Persetujuan Rebyota hari ini merupakan terobosan dalam merawat pasien dengan infeksi C. difficile berulang [CDI]”kata Dr. Peter Marks, direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologis FDA, dalam pernyataannya.
“Sebagai produk mikrobiota tinja pertama yang disetujui oleh FDA, tindakan hari ini merupakan tonggak penting, karena memberikan opsi tambahan yang disetujui untuk mencegah kekambuhan CDI.”
Seperti diketahui, bakteri C diff menginfeksi tubuh dengan mengeluarkan toksin penyebab diare, sakit perut, demam dan kolitis atau kolitis.
Jika tidak segera diobati penyakit ini dapat menyebabkan kerusakan fungsi organ atau kegagalan organ yang dapat menyebabkan kematian.
Tonton Video “Bahaya Bom Cinta, Anda Mungkin Meragukan Diri”
[Gambas:Video 20detik]
(suc/naf)