Jakarta –
Sebuah studi menghilangkan kekhawatiran tentang kepadatan populasi dunia. Ada kemungkinan populasi dunia akan turun menjadi 6 miliar pada akhir abad ini. Pertumbuhan populasi bisa berhenti pada tahun 2050, sebelum turun menjadi 6 miliar pada tahun 2100.
Sebuah studi oleh organisasi nirlaba The Club of Rome memperkirakan bahwa jika tren saat ini berlanjut, populasi dunia, yang saat ini mencapai 7,96 miliar, akan mencapai puncaknya pada 8,6 miliar pada pertengahan abad sebelum turun menjadi hampir 2 miliar sebelum akhir tahun. abad.
Para peneliti, yang terdiri dari ilmuwan lingkungan dan ekonom, menerbitkan temuan mereka pada 27 Maret di sebuah makalah. Studi tersebut merupakan kelanjutan dari studi Limits to Growth The Club of Rome tahun 1972 yang memperingatkan dunia tentang ‘bom populasi’ yang akan datang.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Hasil penelitian terbaru menyimpang dari perkiraan populasi sebelumnya. Sebagai contoh, pada tahun 2022, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memperkirakan bahwa populasi dunia akan mencapai 9,7 miliar pada tahun 2050 dan meningkat menjadi 10,4 miliar pada tahun 2100.
Dalam melakukan penelitiannya, Earth4All menggunakan model yang lebih kompleks. Mereka mengintegrasikan variabel terkait lingkungan dan ekonomi. Ini termasuk kelimpahan energi, ketimpangan, produksi pangan, tingkat pendapatan, dan efek pemanasan global di masa depan.
Model memprediksi dua hasil yang mungkin untuk populasi manusia di masa depan. Dalam skenario pertama, pemerintah melanjutkan tindakan mereka yang biasa dengan menciptakan komunitas yang rapuh secara ekologis yang rentan terhadap keruntuhan teritorial. Kasus ini akan membuat jumlah penduduk meningkat menjadi 9 miliar jiwa pada tahun 2050 dan menurun menjadi 7,3 miliar pada tahun 2100.
Dalam skenario kedua, pemerintah berinvestasi dalam pendidikan, pemerataan, dan transisi hijau yang akan menghasilkan 8,5 miliar orang pada pertengahan abad dan 6 miliar pada tahun 2100.
Tim peneliti juga menyelidiki hubungan antara ukuran populasi dan kemampuan planet untuk mempertahankan populasi manusia. Mereka menemukan bahwa ukuran populasi bukanlah faktor utama yang mendorong perubahan iklim.
Sebaliknya, mereka menyalahkan tingginya tingkat konsumsi orang terkaya dunia yang menurut mereka perlu dikurangi.
“Masalah utama manusia adalah penggunaan karbon dan biosfer yang mewah, bukan populasi,” kata Jorgen Randers, anggota Earth4All dalam keterangannya, dikutip dari Live Science, Jumat (31/3/2023).
“Tempat-tempat yang populasinya tumbuh paling cepat memiliki jejak lingkungan per orang yang sangat kecil dibandingkan dengan tempat-tempat yang populasinya memuncak beberapa dekade lalu,” pungkasnya.
Simak Video “Jumlah Penduduk Menyusut, Orang China Enggan Punya Banyak Anak”
[Gambas:Video 20detik]
(naik naik)