Jakarta –
Hari AIDS Sedunia yang diselenggarakan hari ini mengajak masyarakat untuk mengenali bahaya dan pencegahan HIV-AIDS. Meski perasaan setiap orang berbeda-beda, tidak salah mengetahui tanda-tanda awal HIV.
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus ganas yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dengan cara menghancurkan sel CD4 atau sel darah putih. Jika virus berhasil masuk ke dalam tubuh manusia, lambat laun seseorang akan mudah jatuh sakit dan akhirnya mengalami komplikasi oportunistik.
Namun, HIV hanya dapat ditularkan melalui darah, cairan kelamin, dan ASI dari orang yang terinfeksi. Jika ada anggapan bahwa virus ditularkan melalui air seni dan air liur, itu adalah mitos belaka.
IKLAN
GULIR UNTUK LANJUTKAN KONTEN
Sebaiknya hindari faktor risiko penularan HIV dengan melakukan hubungan seks yang sehat dan tidak memiliki banyak pasangan. Selain itu, berbagi jarum suntik dapat meningkatkan peluang seseorang tertular HIV. Jadi, sebelum menerima suntikan, pastikan jarumnya baru dan bersih.
Tanda Awal HIV
Seperti halnya infeksi virus pada umumnya, HIV menyebabkan seseorang mudah lelah dan merasa tidak enak badan. Namun, kondisinya tidak langsung parah dan relatif ringan sehingga orang sering tidak menyadari bahwa dirinya mengidap HIV.
“Begitu HIV masuk ke dalam darah, sebenarnya gejalanya sangat ringan, sama seperti flu. Jadi bisa demam dan sedikit perih, tapi kemudian bisa sembuh sendiri. Itu yang kita sebut HIV akut,” ujar Dr. Evy Yunihastuti, SpPD, KAI dari Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia (PDPAI) melalui paparan daring, Selasa (30/11/2022).
HIV akut biasanya tidak membutuhkan waktu lama untuk sembuh, hanya sekitar satu hingga dua minggu. Namun, deteksi dan pengobatan yang terlambat membuat seseorang mengalami gejala lanjutan infeksi oportunistik.
Gejala lanjutan adalah kondisi dimana kekebalan tubuh penderita justru menurun, ditandai dengan kadar CD4 di bawah 200 sel/mm3 sehingga menimbulkan masalah kesehatan lainnya. Jadi, dr Evy mengungkapkan bahwa gejala lanjutan itu bukan disebabkan oleh HIV, melainkan penyakit penyerta setelah terinfeksi virus tersebut.
“Sebenarnya tidak ada gejala lanjutan khusus HIV, tergantung munculnya infeksi oportunistik. Misalnya TBC berarti gejala yang ditimbulkan adalah TBC. Kalau infeksinya di otak, gejalanya bisa kejang dan sebagainya,” dia menambahkan.
Lebih lanjut, Dr Evy menjelaskan bahwa orang sebaiknya tidak menunggu gejala lebih lanjut untuk mendiagnosis HIV. Dengan tes serologi, keberadaan virus dapat dideteksi sehingga mempercepat diagnosis dan pengobatan.
Tanda-tanda awal HIV mengingatkan kita bahwa virus dapat memiliki efek buruk jangka panjang. Jadi, segera lakukan deteksi dini di layanan medis terdekat, terutama bagi yang memiliki faktor risiko.
Tonton Video “AIDS dan 10 Gejala Umum: Batuk Kering-Demam”
[Gambas:Video 20detik]
(suk/suk)